Tidak Jadi ke Majalengka karena Khawatir Penyekatan



Majalengka adalah nama daerah di timur Jawa Barat. Beberapa kali aku singga di kota ini. Banyak cerita yang hadir memberikan banyak menampilkan kesenangan masa muda saat di Pondok Pesantren Nurul Amanah. 


Nama Majalengka aku tahu sejak kelas 1 SD karena teman sebangkuku Rizal Pahlevi, orang tuanya tingga di sana. Kabar baiknya ia sekarang mengabdi di kampung tempat kami bersekolah di SD itu sebagai guru SMKN. Kami sering berbincang terutama terkait berkebun. Kebun kami berdampingan. Kami sama-sama menanam pisang. Beberapa kali kami merencanakan ke Majalengka sambil mencari bibit tanaman. 





3 hari sebelum catatan ini aku posting, amu sempat berbincang doal bibit tanaman dengan daudaraku. Ia seorang kepala toko ternama di Cimahi yang karirnya sangat sukses. Ia sering mendapatkan penghargaan dari perusahaannya termasuk jalan-jalan ke Jepang dan Umrah ke Makkah dan Madinah. 


Semoga yang membaca tulisan ini karirnya juga cemerlang dan bisnisnya lancat. Amin! J 🤲🤲🤲


Saat itu, hari baru saja dimulai, matahari belum begitu tampak, baru semburat sinarnya sebagai pertanda bahwa ia tetap hadir menemani setiap nafas-nafas baru kehidupan.


Kami berbincang di ruangan tengah rumahnya yang asri. Obrolan kali ini adalah soal binit tanaman. Ia ingin sekali mendapatkan mangga yang buahnya berwarna ungu itu. Namanya mangga Irwin. Ia mangga impor yang masih langka. 


Obrolan semakin panjang hingga samlai kami memutuskan untuk pergi ke Rajagaluh Majalengka. Perjalanan itu dengan satu tujuan mencari bibit tanaman termurah dan kwalitasnya baik. 


Aku mendengar cerita dari seorang kolega yang menyarankan untuk membeli bibit tanaman saat musim kemarau. Karena harganya jauh lebih murah. Kemarau adalah waktu yang tidak tepat untuk menanam pohon buah karena malas untuk menyiram
Akhirnya tidak banyak orang memberi bibitnya maka stok bibit melimpah sementara pembeli kurang maka pengisaha bibit sering kelabakan. Padahal bibit itu harus disiram. Sementara air kurang karena kemarau. Kalau memakai pompa ada biaya lagi. AKHIRNYA bibit direlakan dijual murah untuk menutupi biaya produksinya.



Maghrib pun tiba dan kami shalat lalu makan malam. Tidak lama saudaraku datang dan mengabarkan wabah covid mengalami lonjakan. Itu tandanya kami harus memilih diam di rumah dari pada menghadapi resiko besar. Kalau dipakasakan pergi ke Majalengka maka kami akan mengamalami penyekatan. 'Bisa-bisa gak bisa balik Cimahi lagi', begitu kata saudaraku. 


Catatan ke Majalengka akan kami update bila nanti Allah perkenankan kami berkunjung ke sana. 






Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Tidak Jadi ke Majalengka karena Khawatir Penyekatan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel