Cara dan Sikap Muslim dalam Menghadapi Perbedaan
Ukhuwah
Pamer foto dulu dengan tokoh muda Jogokaryan yang lagi ngehits, Ustadz Fani. Yang saya sukai dari teman-teman yang bergerak di lapang, di ranah realitas, adalah kedewasaan sikap.
Meski beliau aktif di Masjid Jogokaryan, yang Muhammadiyah, dan haluan politiknya "ikhwani", tapi saat bersama pesantren Merapi Merbabu berdakwah membentengi aqidah masyarakat lereng gunung, mereka sangat menghargai kultur keagamaan masyarakat yang secara tradisi lebih dekat ke NU. Seperti misalnya, saat ngopeni sebuah kampung yang beberapa penduduknya kembali ke agama Islam dengan alasan sederhana, ternyata setelah masuk Kristen mereka nggak boleh lagi nonton wayang (ini riel). Maka, meski aneka bantuan untuk menguatkan para 'mualaf" tersebut masuk melalui beliau, tapi untuk pembinaan keagamaan beliau menggandeng da'i dari kalangan Nahdhiyin.
Kalau di Salatiga lebih unik lagi. Saya pernah bercerita tentang Mbah Panut, satu-satunya orang NU di kampung PKI. Yang kemudian tetap menjadi satu-satunya keluarga muslim di kampung yang warganya memilih menjadi Kristen pasca 1965. Sampai sekarang,di kampung tersebut, muslimnya hanya dari keluarga besar mbah Panut, sebanyak empat keluarga. Ada mushola kecil tapi cantik, di depan rumah mbah Panut. Dan uniknya, yang mencarikan dana, dan masih sering menyambangi mbah Panut, adalah ustadz Utsaimin, seorang da'i dari sebuah yayasan salafi. Ustadz Utsaimin juga tidak mensalafikan mbah Panut, mbah Panut tetap bangga bahwa dirinya adalah NU.
Demikian juga dengan sosok yang sangat saya kagumi, meski baru ngobrol sekali, pak dokter Pratikno. Yang di tengah menjalani terapi kanker yang sudah masuk stadium empat, beliau tetap aktif membina mualaf centre Kota Semarang. Tujuh puluh persen aktifisnya adalah orang Muhammadiyah, termasuk dokter Pratik. Meski baru pertama kali ketemu, kami langsung akrab, karena kebetulan gagasannya sama yakni dakwah berbasis riset. Karena mayoritas binaan MCKS (Mualaf Centre Kota Semarang) secara kultural adalah NU, maka kalau pengajian akbar, MCKS menggandheng pembicara dari kalangan Nahdhiyin.
Jadi, ukhuwah itu memang indah untuk dijalankan bukan cuma diteorikan ataupun diseminarkan.
https://facebook.com/story.php?story_fbid=10215979859783675&id=1063249772
0 Response to "Cara dan Sikap Muslim dalam Menghadapi Perbedaan"
Post a Comment