Strategi Menghadapi Kapitalisme

Memanusiawikan Kapitalisme? Refleksi atas Maraknya Aktivisme Sosial 

Shofwan Al Banna Choiruzzad

Tentu saja, memberikan tinjauan terhadap gerakan kepemudaan berbasis komunitas tidak bisa gebyah uyah. Ada ratusan atau bahkan mungkin ribuan komunitas dengan karakteristik yang berbeda-beda. Ada yang benar-benar memberikan dampak positif yang terukur, ada pula yang sekedar mengikuti tren. Kalau dulu aktivis yang keren adalah yang turun ke jalan, berdiskusi, dan berorasi untuk melawan kekuasaan, hari ini yang dianggap keren adalah para founder startup atau gerakan sosial yang memberikan solusi kongkrit untuk satu permasalahan spesifik yang dihadapi oleh masyarakat.

Hal ini merupakan perkembangan menarik yang memiliki nilai positif maupun negatif. Positifnya adalah bahwa kepedulian sosial kini menjadi sesuatu yang melekat pada model ekonomi kapitalis yang sekarang merupakan model dominan dalam kehidupan masyarakat modern. Altruisme tidak lagi dianggap sebagai “lawan” bagi etos kompetisi. Sebaliknya, untuk bisa berkompetisi, justru kita harus memiliki kepedulian sosial. Ini juga tampak pada semakin populernya CSR: Jika sebuah perusahaan ingin memiliki performa yang baik, ia tidak hanya harus memiliki manajemen yang baik, namun harus memiliki tanggung jawab sosial yang baik pula. Hal ini membuat aktivitas sosial tidak lagi dipandang sebelah mata, namun menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat. Dahulu, aktivitas sosial adalah kritik dan perlawanan. Kini, aktivitas sosial mengalami pengarusutamaan. Dulu, para aktivis adalah orang-orang miskin atau harus rela miskin. Kini, anak-anak muda kelas menengah atas menjadi para pendiri gerakan-gerakan sosial. Being activist is cool now. 

Meskipun demikian, penting juga mawas pada kecenderungan negatif yang menyertainya. Pengarusutamaan aktivitas sosial menjadikan gerakan sosial menjadi bagian dari praktik kompetisi dalam kapitalisme. Dengan aktif di gerakan sosial, peluang anda untuk semakin mendaki tangga mobilitas sosial menjadi terbuka semakin lebar: diliput media, dikenal elit, dan akhirnya mendapatkan karir yang baik. Hal ini, meski tidak selalu bertentangan dengan upaya memberikan solusi bagi permasalahan sosial (kadang tujuan personal semacam ini juga bisa sejalan dengan dampaknya bagi masyarakat), kadang menjadi lebih dominan dari upaya mengoptimalkan manfaatnya bagi masyarakat itu sendiri. Kita mendirikan sebuah gerakan untuk bisa bercerita bahwa saya founder ini itu yang menyelesaikan masalah ini itu supaya dapat mendukung mobilitas sosial kita namun tidak benar-benar memberikan kontribusi pada penyelesaian masalah. Maka, jika kita mendaku sebagai aktivis sosial, mari selalu tanyakan pada diri kita secara rutin: CV kita memang jadi lebih baik, tapi apakah kehidupan masyarakat benar-benar menjadi lebih baik?

Kecenderungan negatif lain yang kita harus berhati-hati terhadapnya adalah kecenderungan untuk melihat hal-hal kongkrit dan mengabaikan gambar besarnya yang bersifat struktural. Saya gembira menyaksikan berbagai gerakan dan kewirausahaan sosial muncul di mana-mana. Tapi alarm saya berbunyi ketika menyaksikan diskusi-diskusi semakin sepi di kampus-kampus. Saat gelap, memang penting untuk menyalakan lilin dan tidak mengutuk kegelapan. Namun, penting juga untuk memeriksa apakah perusahaan listrik yang mengelola listrik anda dikelola dengan korup atau tidak, supaya lilin anda tidak habis sia-sia.


Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Strategi Menghadapi Kapitalisme"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel