Memahami Kubu-Kubuan di Media Sosial

STRAW-MAN FALLACY & STEEL-MANNING ARGUMENT

Masih tentang dunia kubu-kubuan di sosial media. Kita sering membuat narasi tunggal tentang kubu lawan dengan cara curang yang diistilahkan straw man fallacy. Bahkan politisi pun sangat lihai memainkan fallacy ini, yang bagi saya menjadi indikasi kuat politisi yang begitu di negeri ini masih jauh dari level negarawan. Contoh saya yakin mudah diberikan. Tingkatan straw man fallacy beragam, mulai dari yang membuat cerita dusta (bisa dalam bentuk mengarang bebas, banyak yang dalam bentuk tautan media online -- saya sangat menghindari status dengan mengutip berita singkat online lalu diberi komentar menjatuhkan kecuali yakin sekali dengan keakuratan dan keutuhan  substansinya) untuk menggambarkan lawan sampai cara cara selective sampling, yaitu jika kubu lawan populasinya banyak, alih-alih mengambil argumen lawan secara representatif, kita sengaja memilih argumen terbodoh dari kubu lawan atau memilih perwakilan lawan yang bodoh sehingga mudah kita kalahkan dan olok-olok. 

Kebalikan dari strawman fallacy ini disebut steel-manning argument. Yaitu agar perdebatan efektif kita memilih argumen lawan paling baik untuk kita bantah atau mengajukan sendiri versi argumen terbaik yang mendukung posisi lawan meskipun ia sendiri tidak, belum atau gagal mengemukakannya, lalu kita dengan berani mencoba mematahkannya. Misal, dalam dunia buzzer cebong dan kampret, steel manning diwujudkan dalam bentuk memilih lawan terbaik, atau mengajukan seluruh alternatif argumen yang kontra dengan posisi kita, lalu kita bantah. Kalau berani dan mendaku debater sejati, kalau berposisi sebagai seleb sosmed mewakili kubu sesuatu, ya mestinya kita berani melakukan ini. Ini penting juga untuk mendidik follower. Bisa mengemukakan versi terbaik dari lawan juga menunjukkan kita tak hidup dalam bubble. Buku-buku ulama pendahulu kita yang masuk ke dalam perdebatan banyak menggunakan steel manning ini. Mereka paham posisi ulama lawan debat, mengutip dengan akurat, dan mengutip argumen lawan terbaik lalu mengkonfrontasi dalil terbaik lawan tersebut. Mereka, masya Allah, sangat berintegritas dalam perdebatannya.

Priyo Djatmiko


Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Memahami Kubu-Kubuan di Media Sosial "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel