Hubungan Agama dan Kehidupan

DUA MIHRAB (3)

Mihrab al ibadah dan mihrab al hayah. "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam" (QS. Al An'am: 162).
Ibadah dan kehidupan adalah pengabdian kepada Allah -ta'ala. 

Dalam mihrab al ibadah ada al khudlu' (menundukkan diri) kepada-Nya. Berserah diri kepada Yang Esa. Wajah, dua telapak tangan, dua lutut, dan dua ujung kaki sujud mengabdi kepada Al Khaliq. 

Ibadah itu khudlu'. Bila shalat mengajarkan kesiapan semua organ tubuh untuk tunduk kepada Allah, maka khudlu' dalam kehidupan adalah santun. Semua organ tubuh siap memberi manfaat bagi kehidupan, tidak digunakan untuk menyakiti dan mendhalimi sesama. Orang yang tunduk (muslim) itu adalah man salima al muslimuna min lisanihi wa yadihi (Muttafaq 'Alaihi).

Bila shiyam membangun budaya baru yang berbeda dari kebiasaan (al khuruj min al ma'luf), maka dalam kehidupan ada ketundukan pada kaidah yang dianggap gharib (asing) di tengah kebiasaan mainstream.

Biasanya, pedagang mengejar laba, tapi pebisnis yang khudlu' mengejar pahala, barakah, dan laba.
Biasanya, konsumsi untuk meraih kepuasaan, tapi konsumen muslim yang khudlu' akan mengejar falah.
Biasanya, jabatan dan kepemimpinan dianggap kehormatan, tapi pemimpin yang khudlu' menganggapnya sebagai beban, jabatan untuk melayani bukan untuk dilayani.

Dalam ibadah haji, berbahagialah mereka yang mampu menggali nilai khudlu' dan tawadlu', yang menjadi nilai penting tarbiyah dalam haji. Jabatan tak layak dibanggakan, karena di antara jamaah ada ribuan yang memiliki jabatan yang sama atau bahkan lebih tinggi. 
Kekayaan tak layak dibanggakan, karena ada yang lebih kaya yang turut hadir mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah -ta'ala.

Al hayah atau kehidupan adalah area tahqiqu al ma'na al syamil li al ibadah (mendemonstrasikan makna ibadah yang menyeluruh). Mihrab kehidupan adalah ruang aplikatif bagi ketundukan diri dalam segenap interaksi: politik, ekonomi, sosial, budaya.

Khudlu' dalam kehidupan itu santun. "Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung" (QS. Al Isra': 37).

Khudlu' dalam kehidupan itu santun. Dan Nabi Muhammad -shallallahu 'alaihi wa sallam- memberi contoh khudlu' di pasar dalam riwayat Al Bukhari: bahwa saat di pasar Rasulullah tidak pernah berbuat buruk, gaduh (berteriak-teriak),  tidak membalas dengan keburukan.  Bahkan beliau bersikap toleran dan memberi maaf". 

Khudlu' dalam kepemimpinan pernah disampaikan oleh Abu Muslim al Khaulani kepada Mu'awiyah: “Engkau ini pelayan yang diupah. Engkau dipekerjakan oleh pemilik untuk menjaga dan merawat ternak-ternaknya. Jika engkau mengurusnya dengan baik, merawat dan mengobati yang sakit, rajin merawat hingga yang kecil menjadi besar, maka pemiliknya akan memberimu upah.
"Tetapi jika engkau teledor, tidak mengurusnya dengan baik, tidak mengobati yang sakit, tidak menjaga dan merawatnya, maka pemiliknya akan menghukummu.”❗

Wallahu a'lam bisshawab

πŸƒπŸƒπŸƒπŸ’ πŸ“πŸ’ πŸƒπŸƒπŸƒ
Malang,  9 Syawal 1439H
πŸ“‘ Join Telegram:
http://t.me/ahmadjalaluddin
πŸ“– Facebook:
https://www.facebook.com/Tazkiyatuna
πŸŽ₯ Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCPbfYwSFHhNk5FOAqH49oLA
🌐Website:
http://tazkiyatuna.com
☎konsultasi via sms:
081297543002


Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Hubungan Agama dan Kehidupan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel