Cara Memahami Desakralisasi yang Baik

Catatan Desakralisasi



Ondel ondel yang ada di seputaran Betawi dan Ingkung di seputaran Pajangan itu memiliki kesamaan dalam konteks proses kebudayaan. Keduanya pernah mengalami proses desakralisasi. Dulunya, Ondel ondel selalu ditampilkan pada masyarakat elit Betawi, ditampilkan pada acara khusus, dan selalu diisi dengan mantra mantra. Dulunya, ingkung pun demikian. Ingkung itu makanan kaum elit, disajikan pada waktu waktu tertentu (nyadranan, ruwahan dll) dan kadang diisi dengan nuansa mistis. Ingkung kadang menjadi sarana pesugihan yang diisi dengan mantra mantra dan secara mitosnya  berkait dengan istilah "tetukon". Sekarang, ondel ondel tidak ada isi isi mantra lagi, terutama sejak Benyamin Sueb melakukan perubahan budaya atasnya. Akhirnya, sekarang ondel ondel terasa ringan dan bisa dimainkan oleh siapa saja. Ondel ondel menjadi kesenian rakyat. Ingkung pun demikian. Di Pajangan, ingkung disosialisasikan sebagai makanan sehari hari melalui penyenggaraan kampung ingkung. Ingkung setelah dihilangkan mantra mantra bisa dijadikan sumber penghasilan masyarakat secara lebih luas.

Dengan mengambil pelajaran atas kasus proses desakralisasi yang semacam itu, kita bisa melakukan proses yang serupa pada produk budaya yang lainnya. Produk budaya tetap lestari, meski ada perubahan perspektif kebudayaan. Dulu produk budaya sangat sakral dan mistis menjadi produk budaya yang 'biasa'.

Didik Akhmadi

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Cara Memahami Desakralisasi yang Baik"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel