Cara Nabi Meraih Sukses dalam Kepemimpinan
๐ Rabu, 12 Rabiul Tsani 1440 H / 19 Desember 2018
๐ *Motivasi*
๐ Pemateri: Ustadz Abdullah Haidir, Lc
๐ Kepemimpinan Juga Merupakan Tugas Kenabian
๐ฟ๐บ๐๐๐ผ๐๐ท๐น
Hari-hari ini kita sering mendengar tema tentang keteladanan Rasulullah ๏ทบ. Di antara teladan beliau yang barangkali kurang mendapatkan porsi semestinya adalah soal kepemimpinan.
Yap, Rasulullah ๏ทบ adalah seorang pemimpin dengan maknanya yang utuh. Bukan hanya kultural, tapi juga struktural. Khususnya setelah beliau hijrah ke Madinah. Karenanya, beliau bukan sekedar jadi imam shalat dan 'ngajar ngaji', tapi juga memutuskan perang sekaligus menjadi panglimanya, menjatuhkan hukum, menyepakati perjanjian-perjanjian dan mengatasi berbagai urusan sosial lainnya.
Bahkan para Nabi pun juga memiliki posisi yang sama, menjadi pemimpin bagi umatnya. Nanti di hari kiamat setiap umat akan dipanggil berdasarkan pemimpinnya masing-masing yang tak lain adalah para Nabi mereka.
َْููู
َ َูุฏْุนُู َُّูู ุฃَُูุงุณٍ ุจِุฅِู
َุงู
ِِูู
ْ
“(Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya.” (QS. Al-Isra: 71)
Karenanya jumhur ulama, sebagaimana dikutip oleh Ibnu Katsir dalam kitabnya Qashashul Anbiya, menguatkan pendapat bahwa para Nabi semuanya laki-laki. Di antara alasannya adalah bahwa para Nabi memiliki posisi sebagai pemimpin umat tertinggi yang tidak boleh dilimpahkan kepada wanita.
Teladan kepemimpinan Rasulullah ๏ทบ tentu sangat banyak, namun satu hal yang menarik adalah bagaimana sebagai pemimpin beliau menanamkan kesadaran di tengah para shahabatnya bahwa kepemimpinan itu perkara yang sangat mendasar di tengah masyarakat muslim. Maka, setiap kali mengutus pasukan, baik besar maupun kecil, beliau selalu menentukan siapa pemimpinnya, setiap kali meninggalkan kota Madinah untuk tugas tertentu, tak pernah lupa beliau tetapkan siapa pemimpin sementara di Madinah sepeninggalnya. Bahkan beliau berpesan, jika kaum muslimin bepergian minimal bertiga hendaknya menunjuk salah seorang sebagai pemimpinnya (HR. Abu Daud).
Kesadaran ini tertanam kuat dalam benak para sahabat. Karena itu dapat dipahami bagaimana kemudian para sahabat, ketika Rasulullah ๏ทบ wafat, bahkan sebelum Rasulullah ๏ทบ dimakamkan, mereka segera melakukan syura untuk segera menetapkan siapa pemimpin mereka. Sebuah gambaran betapa mereka sangat memandang urgen soal kepemimpinan dan siapa sosok yang layak menjadi pemimpinnya, sehingga mereka tidak sudi ada kekosongan kepemimpinan pasca wafatnya baginda ๏ทบ
Demikianlah sekelumit gambaran betapa kepemimpinan bagi seorang muslim mestinya merupakan perkara yang menjadi salah satu fokus perhatiannya. Tidak semestinya dia hanya asyik menonton dan mengamati. Tapi sedapat yang dia lakukan, ikut berperan bagi lahirnya kepemimpinan yang terbaik di tengah masyarakatnya, tentu dalam perspektif dirinya sebagai seorang muslim. Maka, jangan lemah berusaha dan berjuang untuk menghadirkan sosok-sosok terbaik yang akan menjadi pemimpin kita di tengah masyarakat.
Karena, kepemimpinan, selain dakwah, sesungguhnya juga merupakan tugas kenabian. Al Mawardi dalam kitabnya Al –Ahkam As-Sulthaniyah mengatakan;
ุงْูุฅِู
َุงู
َุฉُ ู
َْูุถُูุนَุฉٌ ِูุฎَِูุงَูุฉِ ุงُّููุจَُّูุฉِ ِูู ุญِุฑَุงุณَุฉِ ุงูุฏِِّูู َูุณَِูุงุณَุฉِ ุงูุฏَُّْููุง
“Kepemimpinan ditetapkan untuk melanjutkan tugas kenabian untuk mengawal agama dan mengelola urusan dunia.”
๐๐๐บ๐๐๐บ๐๐
Dipersembahkan oleh: manis.id
๐ฑ Info & pendaftaran member: bit.ly/mediamanis
๐ฐDonasi Dakwah, Multi Media dan Pembinaan Dhuafa
a.n Yayasan MANIS,
No Rek BSM 7113816637
๐ฒ Info lebih lanjut: bit.ly/donasidakwahmanis
0 Response to "Cara Nabi Meraih Sukses dalam Kepemimpinan "
Post a Comment